Monday, November 10, 2008

PROBIOTIK MENCEGAH ALERGI ?

Penggunaan Probiotik dalam Pencegahan Alergi


Dr Widodo Judarwanto SpA

CHILDREN ALLERGY CLINIC
PICKY EATERS CLINIC (KLINIK KESULITAN MAKAN)
Jl Taman Bendungan Asahan 5 Bendungan Hilir Jakarta Pusat
telp : (021) 70081995 – 70081995
email : cfc2006@hotmail.com , allergyonline@gmail.com



Latar belakang

  • Alergi adalah gangguan respon tubuh yang berlebihan akibat bahan allergen yang dapat mengganggu kesehatan tubuh. Gangguan dalam berbagai sistem dan organ tubuh terutama dapat mengganggu tumbuh dan berkembangnya anak.
  • Tindakan pencegahan adalah hal yang utama dalam penatalaksanaan jangka panjang penderita alergi. Pencegahan primer sangat efektif namun dalam kenyataaan sehari-hari relatif sulit dilakukan. Sedangkan pencegahan sekunder, misalnya penghindran penyebab alergi, relatif sulit diterapkan karena berbagai hambatan yang dijumpai.
  • Perkembangan tehnologi kedokteran diharapkan terjadi perubahan paradigma pencegahan alergi dari paradigma penghindaran faktor resiko menjadi paradigma induksi aktif toleransi imunologik.
  • Penggunaan probiotik adalah salah satu cara induksi aktif toleransi imunologik. Meskipun hal ini bukanlah menjadi alternatif utama dalam penanganan dan pencegahan alergi secara jangka panjang.


    Penggunaan Probiotik pada manusia
  • Bakteri pada saluran cerna manusia dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu bakteri yang berguna (useful) dan yang berbahaya (harmful). Probiotik adalah mikroba yang berguna (useful) dari golongan Bakteri Asam Laktat yang mempunyai sejarah panjang dalam biotehnologi, khususnya pada produksi, penyimpanan, penggabungan dalam makanan, dan proses fermentasi.
  • Definisi probiotik adalah bakteria hidup atau bakteria campuran yang memiliki efek menguntungkan pada saluran cerna dan saluran nafas tubuh melalui kemampuannya memperbaiki keseimbangan mikroflora usus.
    Probiotik adalah mikroba dari golongan Bakteri Asam Laktat yang bekerja mempertahankan kesehatan manusia. Terdapat lebih dari 100 spesies dan lebih dari 10 milyar bakteri dalam usus manusia.
  • Mekanisme kompetisi dan antagonisme diantara bakteri saluran cerna juga mampu mempertahankan keseimbangan ekologis dengan mencegah pertumbuhan berlebihan dari masing-masing spesies penghuninya. Kompetisi dari reseptor adhesi, kompetisi makanan, dan produksi senyawa inhibitor (antagonis) juga merupakan mekanisme yang menghalangi berlebihnya kolonisasi dan pertumbuhan bakteri. Senyawa inhibitor (antagonis) tersebut antara lain adalah: asam lemak organik, hidrogen peroksida, asam laktat, antibiotik, enzim-enzim, dan bakteriosin. Produksi asam laktat oleh Lactobacillus menghasilkan pH rendah dan menghambat pertumbuhan bakteri patogen.


    Peranan probiotik dalam induksi aktif toleransi imunologik

  • Peranan probiotik pada pencegahan alergi didasari pada induksi aktif dari respon imunologik yang dimulai dari sistim imun innate dan mengarah pada pengembalian kondisi tubuh manusia pada kondisi “Th1-Th2” yang seimbang.
  • Pemberian probiotik dalam pencegahan alergi juga merupakan upaya perbaikan homoestasis sistem biologis penderita yang ditujukan pada imunomodulasi respon imun dengan menyeimbangkan respon imun Th1 dan Th2. Alergi merupakan bentuk “Th2-disease” yang upaya perbaikannya memerlukan pengembalian host pada kondisi “Th1-Th2” yang seimbang.
  • Konsep induksi aktif toleransi imunologis tersebut probiotik adalah fator yang sangat berpengaruh Probiotik adalah flora normal saluran cerna yang mampu mengontrol keseimbangan mikroflora usus dan menimbulkan efek fisiologis yang menguntungkan kesehatan manusia.
  • Probiotik juga memiliki kemampuan sebagai aktivator yang kuat untuk sistem imun innate karena mempunyai molekul yang spesifik pada dinding selnya. Dalam mikrobiologi, molekul-molekul spesifik tersebut dikenal sebagai pathogen-associated molecular patterns (PAMPs). Molekul-molekul spesifik (PAMPs) dikenali oleh reseptor-reseptor spesifik (specific pattern recognition receptors, PRRs). Salah satu PAMPs yang ada pada probiotik adalah lipoteichoic acid (LTA). LTA merupakan molekul yang secara biologis aktif, merupakan karakteristik dari bakteri gram positif dan mempunyai dampak biologis.
  • TLRs adalah PRRs (pattern recognition receptors) mamalia yang berfungsi sebagai sinyal transducer yang berhubungan dengan CD-14 untuk membantu sel host mengenali patogen serta melakukan inisiasi kaskade sinyal. TLRs juga membantu menjembatani sistem imunitas innate ke sistem adaptif dengan menginduksi berbagai molekul efektor dan ko-stimulator. Semua TLRs mempunyai struktur yang sama dan mempunyai karakter menyalurkan sinyal melalui NF-B, AP-1, dan MAP kinases. Efektor hilir dari beberapa TLR, misalnya TLR2 dan TLR4, adalah adapter protein MyD88 yang berinteraksi dengan reseptor transmembran melalui domain C-terminal TIR. MyD88 merekrut Ser/Thr kinase IRAK (IL-1R associated kinase) untuk membentuk kompleks reseptor. IRAK berhubungan dengan molekul adapter TNF receptor associated factor (TRAF6). TRAF6 selanjutnya mengaktivasi MAP3K family member NIK (NF-kB-inducing kinase) yang akan mengaktivasi NF-kB inhibitor kinases (IKKs). Degradasi NF-kB inhibitor I-kB melepaskan NF-kB yang segera translokasi ke nukleus untuk menginduksi ekspresi gen yang sesuai.
  • Pada tingkat molekul, sistem imun innate dipusatkan pada aktivasi dari NF-B, yang mempunyai kemampuan menginduksi transkripsi dari beberapa sitokin proinflamasi dalam merespon stimulasi oleh mikroba. Dalam perannya membantu menjembatani sistem imunitas innate ke sistem adaptif TLR, mampu menginduksi respons imun baik ke arah TH1 maupun Treg. TLR-2 dan TLR-4 diketahui mempunyai peran penting dalam polarisasi respons imun oleh paparan mikroba.

Probiotik untuk pencegahan dini alergi

  • Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor in-utero yaitu keberadaan IgG maternal, sCD14 (soluble CD14), dan kemampuan fetus menghasilkan IFN-akan menseimbangkan respons imun fetus dari didominasi Th2 menjadi Th1-Th2 yang seimbang.44 Sebagai molekul PAMPs, sCD14 akan dikenali oleh TLR4 di sel DC yang selanjutnya akan mengaktivasi Limfosit Th1 dan Treg.
  • Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pada ibu yang menerima probiotik, efek dini yang utama bukanlah terjadinya supresi Th1 namun lebih mengarah pada aktivasi Treg dengan efek bukan hanya sebagai regulator Th1 tetapi juga regulator Th2, dengan hasil tercapainya homeostasis Th1-Th2.
  • Uji klinik probiotik telah dilakukan pada ibu hamil dan menyusui. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada usia 2 dan 4 tahun, bayi dari ibu yang menerima probiotik lebih sedikit yang menderita dermatitis alergi dibandingkan dengan yang menerima plasebo, namun kedua kelompok tersebut tidak menunjukkan perbedaan dalam sensitisasi alergi yang dicerminkan oleh kadar IgE total dan hasil uji kulit.
  • Tetapi menurut laporan the Cochrane Database of Systematic Reviews dan beberapa penelitian lainnya ternyata probiotik tidak efektif sebagai pengobatan alergi khususnya dermatitis atopi.

    End Points :
  • Konsep probiotik pada pencegahan alergi didasari pada induksi aktif respon imunologik menuju keseimbangan “Th1-Th2”.
  • Dalam berbagai penelitian klinik dilaporkan probiotik dapat menurunkan gejala alergi yang berhubungan dengan alergi makanan dan dermatitis atopik, tetapi sebagai terapi dermatitis atopi tidak terlalu efektif.
  • Probitoik bukanlah menjadi alternatif utama dalam penanganan dan pencegahan alergi secara jangka panjang

    Referensi.


    Gore C, CustovicA, 2004. Can we prevent allergy? Allergy: 59: 151–161
    Lee YK, Nomoto K, Salminen S, Gorbach SL. 1999. Handbook of Probiotics. John Wiley & Sons, New York.
    Ouwehand AC, Salminen S, Isolauri E. 2002. Probiotics: anoverview of beneficial effects. Antonie Van Leeuwenhoek 82, 279–289
    Boyle RJ, Bath-Hextall FJ, Leonardi-Bee J, Murrell DF, Tang ML. Probiotics for treating eczema. Cochrane Database Syst Rev. 2008;(4):CD006135.Isolauri E, 2001. Probiotics in the prevention and treatment of allergic disease. Pediatr Allergy Immunol, 12 (suppl 14): 56-59
    Perdigón G, Fuller R, Raya R, 2001. Lactic acid bacteria and their effect on the immune system.Curr. Issues Intest. Microbiol. 2:27-42.
    Viljanen M, Savilahti E, Haahtela T, Juntunen-Backman K, Korpela R, PoussaT, Tuure T, Kuitunen M, 2004. Probiotics in the treatment of atopic eczema/dermatitis syndrome in infants: a double-blind placebo-controlled trial. Allergy, 10, 1-5
    Matsuguchi, 2003. Lipoteichoic Acids from Lactobacillus Strains Elicit Strong Tumor Necrosis Factor Alpha-Inducing Activities in Macrophages through Toll-Like Receptor 2. Clin Diagn Lab Immunol 10, 259-66
    Viljanen M, Savilahti E, Haahtela T, Juntunen-Backman K, Korpela R, PoussaT, Tuure T, Kuitunen M, 2004. Probiotics in the treatment of atopic eczema/dermatitis syndrome in infants: a double-blind placebo-controlled trial. Allergy, 10, 1-5
    Majamaa H, Isolauri E. Probiotics; a novel approach in the management of food allergy. L Allergy Clin Imunol. Feb;99(2):179-85
    Isolauri E, Arvola T, Sütas Y, Moilanen E, Salminen S, 2000. Probiotics in the management of atopic eczema. Clin Exp Allergy;30:1604-10
    Rosenveldt V, Benfeldt E, Nielsen SD, Michaelsen KF, Jeppesen DL, Valerius NH, Paerregaard A, 2004. Effect of probiotic Lactobacillus strains in children with atopic dermatitis. J Allergy Clin Immunol; 111, 389-95
    Kalliomaki M, Salminen S, Arvilonni H,2001. Probiotics in primary prevention of atopic disease: a randomised placebo controlled trial. Lancet ;357:1076–9.
    Pohjavouri E, Viljanen M, Korpella R, Kuitunen M, Tittanen M, Vaarala Q, Sahvilahti E, 2004. Lactobacillus GG in increasing IFN-g production in infants with cow’s milk allergy. J Allergy Clin Immunol;114:131-6
    Brouwer ML, Wolt-Plompen SA, Dubois AE, van der Heide S, Jansen DF, Hoijer MA, Kauffman HF, Duiverman EJ. No effects of probiotics on atopic dermatitis in infancy: a randomized placebo-controlled trial Clin Exp Allergy. 2006 Jul;36(7):899-906

No comments:

Post a Comment