Sunday, April 6, 2008

ALERGI DEBU ATAU ALERGI MAKANAN

Hailey Pictures, Images and Photos

Di Swedia, pemakaian carpet berkurang tetapi kejadian alergi malah semakin meningkat, benarkah debu sebagai penyebab utama alergi ?

POINT OF INTEREST : SULITNYA MENCARI PENYEBAB ALERGI?



BENARKAH DEBU SEBAGAI PENYEBAB UTAMA ALERGI ?



  • BENARKAH PENYEBAB ALERGI KITA ADALAH DEBU? TETAPI MENGAPA ALERGI BATUK, PILEK, HIDUNG BUNTU DAN SESAK TIMBUL MALAM HARI? JUSTRU SAAT MALAM DAN PAGI DEBU TIDAK BANYAK, SIANG HARI JUSTRU DEBU LEBIH BANYAK MALAHAN KELUHAN BATUK, PILEK DAN SESAK TERSEBUT HILANG!

  • SEDANGKAN ALERGI MAKANAN TIDAK PERNAH SEKALIPUN ANDA PIKIRKAN. WAJAR KARENA DOKTER ANDAPUN SELALU MENGANGGAP DEBU PENYEBAB ALERGI ANDA. HAL INI TERJADI KARENA UNTUK MENCARI PENYEBAB ALERGI MAKANAN SANGAT SULIT TIDAK BISA HANYA MELALUI TES ALERGI.



    BENARKAH DEBU SEBAGAI PENYEBAB UTAMA ALERGI?




    CASE ILUSTRATION :



    • Sandiaz, laki-laki 4 tahun setiap malam dan pagi hari bangun tidur sering mengalami batuk dan pilek yang tak kunjung hilang selama 3 bulan, Telah berbagai dokter dikunjungi baik dokter anak, dokter paru, dokter THT, dan berbagai obat antibiotika terbaik dan obat yang termahal pun sudah dikonsumsi hasilnya tetap tidak menunjukkan perubahan. Sebagian besar dokter menyatakan bahwa Sandiaz alergi debu ? Benarkah alergi debu ? Karena rasanya semua sudut rumah sudah super bersih tetapi keluhan alergi itu tetap saja timbul. Tetapi setelah diadviskan seorang dokter untuk menghindari sementara beberapa makanan penyebab alergi makanan ternyata tidak dalam waktu lama keluhan tersebut membaik.

    BACK GROUND



    • Seringkali dokter memvonis alergi pada keluhan batuk dan pilek yang berkepanjangan. Tetapi pada umumnya pasien tidak pernah mendapatkan informasi yang lengkap dari dokter apakah penyebab alergi tersebut. Hal ini terjadi karena memang untuk mencari penyebab alergi adalah merupakan kesulitan terbesar yang dialami oleh dokter dan juga penderita.

    • Paling tidak informasi dan anggapan yang sering timbul baik dari masyarakat awam dan beberapa dokter pasti menyebutkan debu sebagai penyebab. Saran untuk menghindari debu dan membersihkan semua ruangan rumah bahkan ditambah lagi memakai purifier udara dan AC paling canggihpun sudah diikuti tetapi tetap tidak membuahkan hasil. Benarkah debu jadi penyebab ? Kalau bukan apakah memang benar alergi makanan sebagai penyebab alergi yang berkepanjangan tersebut?

    • Penatalaksanaan Alergi pada anak khususnya alergi pada saluran napas dan hidung sering sangat sulit dan tidak optimal. Hal ini terjadi karena sampai saat ini banyak klinisi kesulitan dalam mencari penyebab alergi.

    • Permasalahan ini terjadi karena banyak klinisi kesulitan dalam mencari penyebab alergi. Jadi fakta yang kita hadapi selama ini adalah hanyalah mengobati akibat penyakitnya tetapi tetapi tidak mencari akar permasalahan kenapa penyebab penyakit itu bisa timbul jangka panjang dan hilang timbul. Berbagai pemeriksaan alergi ternyata akurasi dan spesifitasnya sangat rendah. Hal inilah yang tampaknya menjadi penyebab utama mengapa kasus alergi sulit sekali dalam mengatasinya.

    • Pemeriksaan alergi berupa tes kulit, dan RAST sangat terbatas sebagai alat diagnosis.Sehingga sebaiknya tidak boleh menghindari makanan penyebab alergi berdasarkan karena tes kulit alergi. Pemberian obat terus menerus bukanlah jalan terbaik dalam penanganan alergi. Paling ideal dalam mencegah timbulnya alergi adalah menghindari pencetus atau penyebabnya. Hal ini memerlukan pengamatan yang cermat dan kerjasama yang baik antara dokter, pasien dan keluarga. Untuk mendapatkan hasil penanganan alergi yang optimal harus dipahami perbedaan antara penyebab dan pencetus alergi.

    FAKTOR YANG MEMPENGARUHI, PENYEBAB DAN PEMICU ALERGI

    PENYEBAB ALERGI :



    • MAKANAN

    • HIRUPAN

    • KONTAK KULIT

    • OBAT-OBATAN

    PEMICU ALERGI :



    • INFEKSI (panas, batuk, pilek)

    • AKTIFITAS MENINGKAT (menangis, berlari, tertawa keras)

    • UDARA DINGIN

    • UDARA PANAS

    • MINUMAN DINGIN

    • STRES

    • GANGGUAN HORMONAL: (kehamilan, menstruasi)

    FAKTOR YANG MEMPENGARUHI :



    • GENETIK (menurun dari orangtua)

    • IMATURITAS SALURAN CERNA (Ketidakmatangan saluran cerna)

    • PAPARAN (kontak terhadap penyebab alergi)

    FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADI ALERGI
    Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi terjadinya alergi makanan, yaitu faktor genetik, imaturitas usus, pajanan alergi yang kadang memerlukan faktor pencetus.



    • Faktor genetik. Alergi dapat diturunkan dari orang tua atau kakek/nenek pada penderita . Bila ada orang tua, keluarga atau kakek/nenek yang menederita alergi kita harus mewaspadai tanda alergi pada anak sejak dini. Bila ada salah satu orang tua yang menderita gejala alergi maka dapat menurunkan resiko pada anak sekitar 17 – 40%,. Bila ke dua orang tua alergi maka resiko pada anak meningkat menjadi 53 - 70%. Untuk mengetahui resiko alergi pada anak kita harus mengetahui bagaimana gejala alergi pada orang dewasa. Gejala alergi pada orang dewasa juga bisa mengenai semua organ tubuh dan sistem fungsi tubuh.

    • Imaturitas usus (KETIDAKMATANGAN USUS). Secara mekanik integritas mukosa usus dan peristaltik merupakan pelindung masuknya alergen ke dalam tubuh. Secara kimiawi asam lambung dan enzim pencernaan menyebabkan denaturasi allergen. Secra imunologik sIgA pada permukaan mukosa dan limfosit pada lamina propia dapat menangkal allergen masuk ke dalam tubuh. Pada usus imatur system pertahanan tubuh tersebut masih lemah dan gagal berfungsi sehingga memudahkan alergen masuk ke dalam tubuh.

    • Pajanan alergi . Pajanan alergi yang merangsang produksi IgE spesifik sudah dapat terjadi sejak bayi dalam kandungan. Diketahui adanya IgE spesifik pada janin terhadap penisilin, gandum, telur dan susu. Pajanan juga terjadi pada masa bayi. Pemberian ASI eksklusif mengurangi jumlah bayi yang hipersensitif terhadap makanan pada tahun pertama kehidupan. mPewmberian PASI meningkatkan angka kejadian alergi

    PENYEBAB ALERGI :



    • Penyebab adalah faktor berpengaruh langsung terhadap timbulnya gejala alergi tersebut. Alergi pada pernapasan sering ditimbulkan oleh adanya penyebab seperti hirupan dan makanan. Pada bayi dan anak makanan adalah sebagai penyebab yang utama sedangkan pada orang dewasa/tua pengaruh makanan semakin berkurang. Penyebab lainnya adalah hirupan seperti debu, serbuk sari bunga, bulu binatang, tungau (pada kasur kapuk).

    • Pada berbagai gangguan alergi saluran napas terutama bila keluhannya timbul pada malam dan pagi hari tampaknya alergi makanan berperanan paling utama sebagai penyebab. Alergi makanan dapat mengganggu semua organ atau sistem tubuh. Tetapi pada kenyataan sehari-hari sebagian besar masyarakat bahkan sebagian klinisi masih sering menganggap debu sebagai biangkeladi penyebabnya. Masih banyak klinisi yang menyangsikan bahwa makanan sangat berperanan penting dalam penyebab berbagai alergi selama ini. Hal ini terjadi karena pada umumnya tes kulit alergi yang sering terdeteksi adalah debu dan tungau sedangkan makanan sering negatif. Hal ini terjadi karena pada tes kulit yang terdeteksi hanyalah penyebab alergi reaksi cepat atau kurang dari 8 jam. Sedangkan penyebab alergi yang masuk kategori reaksi lambat atau lebih dari 8 jam seperti sebagain besar makanan seringkali hasilnya negatif, Hal negatif ini bukan berarti penderita tidak alergi makanan. Pemeriksaan rutin tes kulit (skin test atau prick test) adalah merupakan pemeriksaan rutin yang dilakukan ahli alergi dalam penanganan penderita alergi. Meskipun pemeriksaan ini sensitifitas tinggi tetapi ternyata spesifitasnya agak rendah. Sehingga akurasi untuk menentukan penyebab alergi tidak terlalu tinggi.

    • Dalam sepuluh tahun terakhir ini dikenal beberapa pemeriksaan alergi alternatif atau sering disebut ”unproven”. Mengapa digolongkan alternatif atau ”unproven”, ternyata pemeriksaan tersebut belum terbukti secara klinis. Bahkan spesifitas dan sensitifitasnya tidak terlalu tinggi atau tidak lebih baik dibandingkan tes kulit. Diantaranya adalah test Vega, tes mata iridosikik, tes rambut dan sebagainya. Para ahli alergi konvensional jarang menggunakan pemeriksaan tersebut, karena tidak terlalu akurat dan sensitif. Bahkan di Australia dan beberapa negara eropa tes ini dilarang oleh institusi alergi setempat, dan di negara tersebut tes tersebut tidak akan pernah di ganti oleh ansuransi, karena memang tidak terbukti secara ilmiah.

    Bagaimana memastikan penyebab alergi ?



    • Untuk memastikan penyebab alergi makanan bukan dengan tes kulit. Diagnosis alergi makanan dibuat berdasarkan diagnosis klinis, yaitu anamnesa (mengetahui riwayat penyakit penderita) dan pemeriksaan yang cermat tentang riwayat keluarga, riwayat pemberian makanan, tanda dan gejala alergi makanan sejak bayi dan dengan eliminasi dan provokasi.

    • Untuk memastikan makanan penyebab alergi harus menggunakan Provokasi makanan secara buta (Double Blind Placebo Control Food Chalenge = DBPCFC). DBPCFC adalah gold standard atau baku emas untuk mencari penyebab secara pasti alergi makanan. Cara DBPCFC tersebut sangat rumit dan membutuhkan waktu, tidak praktis dan biaya yang tidak sedikit.

    • Beberapa pusat layanan alergi anak melakukan modifikasi terhadap cara itu. Children Allergy Center Jakarta melakukan modifikasi dengan cara yang lebih sederhana, murah dan cukup efektif. Modifikasi DBPCFC tersebut dengan melakukan “Eliminasi Provokasi Makanan Terbuka Sederhana”.

    • ”Eliminasi Provokasi Makanan terbuka Sederhana” selain sebagai alat diagnosis ternyata dapat digunakan sebagai pendekatan terapi. Penderita disarankan untuk makanan yang aman dan menghindari makanan yang beresiko dalam 3 minggu. Setelah keluhan alergi tersebut membaik dilakukan ”provakasi” atau pemberian salah satu makanan tersebut setiap minggu. Bila keluhan tersebut timbul lagi, dan bila pengalaman tersebut terjadi dua kali atau lebih dapat dipastikan bahwa makanan tersebut sebagai penyebab alergi.

    • Berbagai ”kontroversi” dan pendapat negatif sering timbul dalam pendekatan diagnosis tersebut. Apakah bila melakukan program tersebut penderita tidak akan kurang gizi? Jawabannya, pasti tidak. Karena, beberapa jenis makanan yang dihindari tersebut ada pengganti makanan yang aman lainnya dengan kandungan gizi yang tidak jauh berbeda. Intervensi tersebut akan berpengaruh terhadap gizi anak bila hanya menghindari makanan tersebut tanpa mengetahui atau mengganti dengan makanan yang aman.Misalnya
      o buah jeruk bisa diganti apel dan sebagian besar sayuran.
      o Telor dan ayam sementara diganti daging sapi atau daging kambing.
      o Kacang tanah sementara diganti kacang kedelai,
      o Ikan laut sementara diganti ikan air tawar atau dalam usia di atas setahun dan alergi tidak berat dapat diganti ikan salmon.

    • Bahkan setelah tiga minggu mengikuti program tersebut, sebagian besar terjadi kenaikkan berat badan yang cukup bermakna. Karena selama ini makanan penyebab alergi tersebut meskipun bergizi ternyata sebagian besar juga mengganggu fungsi saluran cerna yang berakibat terjadi gangguan penyerapan dan kesulitan makan.

    • Pemeriksaan standar yang dipakai oleh para ahli alergi untuk mengetahui penyebab alergi adalah dengan tes kulit. Tes kulit ini bisa terdari tes gores, tes tusuk atau tes suntik. Pemeriksaan ini mempunyai sensitifitas yang cukup baik, tetapi sayangnya spesifitasnya rendah. Sehingga seringkali terdapat false negatif, artinya hasil negatif belum tentu bukan penyebab alergi. Karena hal inilah maka sebaiknya tidak membolehkan makan makanan penyebab alergi hanya berdasarkan tes kulit ini.

    PEMERIKSAAN YANG TIDAK DIREKOMENDASIKAN



    • Dalam waktu terakhir ini sering dipakai alat diagnosis yang masih sangat kontroversial atau ”unproven diagnosis”. Terdapat berbagai pemeriksaan dan tes untuk mengetahui penyebab alergi dengan akurasi yang sangat bervariasi. Secara ilmiah pemeriksaan ini masih tidak terbukti baik sebagai alat diagnosis. Pada umumnya pemeriksaan tersebut mempunyai spesifitas dan sensitifitas yang sangat rendah.

    • Bahkan organisasi profesi alergi dunia seperti tidak merekomendasikan penggunaan alat tersebut. Yang menjadi perhatian oraganisasi profesi tersebut bukan hanya karena masalah mahalnya harga alat diagnostik tersebut tetapi ternyata juga sering menyesatkan penderita alergi yang justru sering memperberat permasalahan alergi yang ada.

    • Namun pemeriksaan ini masih banyak dipakai oleh praktisi kesehatan atau dokter. Di bidang kedokteran pemeriksaan tersebut belum terbukti secara klinis sebagai alat diagnosis karena sensitifitas dan spesifitasnya tidak terlalu baik. Beberapa pemeriksaan diagnosis yang kontroversial tersebut adalah Applied Kinesiology, VEGA Testing (Electrodermal Test/Bioresonansi), Hair Analysis Testing in Allergy, Auriculo-cardiac reflex, Provocation-Neutralisation Tests, Nampudripad's Allergy Elimination Technique (NAET), Beware of anecdotal and unsubstantiated allergy tests.

    PENCETUS ALERGI



    • Timbulnya gejala alergi bukan saja dipengaruhi oleh penyebab alergi, tapi juga dipengaruhi oleh pencetus alergi. Beberapa hal yang menyulut atau mencetuskan timbulnya alergi disebut faktor pencetus. Faktor pencetus tersebut dapat berupa faktor fisik seperti dingin, panas atau hujan, kelelahan, aktifitas berlebihan tertawa, menangis, berlari,olahraga. Faktor psikis berupa kecemasan, sedih, stress atau ketakutan.

    • Faktor hormonal juga memicu terjadinya alergi pada orang dewasa. Faktor gangguan kesimbangan hormonal itu berpengaruh sebagai pemicu alergi biasanya terjadi saat kehamilan dan menstruasi. Sehingga banyak ibu hamil mengeluh batuk lama, gatal-gatal dan asma terjadi terus menerus selama kehamilan. Demikian juga saat mentruasi seringkali seorang wanita mengeluh sakit kepala, nyeri perut dan sebagainya.

    • Faktor pencetus sebetulnya bukan penyebab serangan alergi, tetapi menyulut terjadinya serangan alergi. Bila mengkonsumsi makanan penyebab alergi disertai dengan adanya pencetus maka keluhan atau gejala alergi yang timbul jadi lebih berat. Tetapi bila tidak mengkonsumsi makanan penyebab alergi meskipun terdapat pencetus, keluhan alergi tidak akan muncul. Pencetus alergi tidak akan berarti bila penyebab alergi makanan dikendalikan.
      Hal ini yang dapat menjelaskan kenapa suatu ketika meskipun dingin, kehujanan, kelelahan atau aktifitas berlebihan seorang penderita asma tidak kambuh. Karena saat itu penderita tersebut sementara terhindar dari penyebab alergi seperti makanan, debu dan sebagainya. Namun bila mengkonsumsi makanan penyebab alergi bila terkena dingin atau terkena pencetus lainnya keluhan alergi yang timbul lebih berat. Jadi pendapat tentang adanya alergi dingin mungkin keliru.

    • FAKTOR INFEKSI. Infeksi inilah yang paling sering dianggap sebagai pencetus alergi yang paling sering. Infeksi ini dapat berupa flu, demam, batuk, pilek atau infeksi apapun pada tubuh. Sehingga sering asma kambuh lagi saat flu, sinusitis kambuh lagi saat flu, atau sesak timbul lagi saat batuk yang keras dan demam.

    BENARKAH DEBU SEBAGAI PENYEBAB DAN BERBAGAI KONTROVERSI LAINNYA



    • Debu yang paling sering dianggap sebagai penyebab alergi adalah debu rumah atau ”house dust”. Debu di luar rumah jarang dianggap sebagai penyebab alergi. Bahkan banyak orangtua menyangka bahwa batuk dan pilek berkepanjngan karena adanya proyek bangunan di sekitar rumah. Bila dicermati debu yang selama ini dianggap sebagai biang keladi penyebab alergi mungkin bisa diabaikan. Hal ini dapat dibuktikan bahwa keluhan alergi seperti batuk dan pilek seringkali timbul saat malam dan pagi hari. Padahal saat malam dan pagi hari debu lebih sedikit. Reaksi alergi karena debu adalah reaksi cepat yang seharusnya lebih banyak timbul saat siang hari saat aktifitas. Fakta lain juga terjadi banyak orangtua yang telah membersihkan semua debu, boneka, karpet dan dipasang air condition plasma cluster tetapi ternyata gejala alergi batuk dan pilek tidak kunjung hilang.

    • Debu bisa dapat menimbulkan alergi bila dalam jumlah yang cukup besar seperti bila masuk gudang, rumah yang tidak ditinggali lebih dari seminggu, saat bongkar-bongkar kamar atau saat menyapu atau saat memakai atau mengambil barang yang sudah lama tersimpan lama di gudang atau lemari.

    • Gangguan karena debu termasuk reaksi cepat biasanya tidak berlangsung lama, begitu paparan debu tersebut hilang maka dalam beberapa saat keluhan tersebut akan menghilang. Bila gangguan tersebut berlangsung lama bisa dipastikan adalah reaksi lambat, keadaan seperti inilah tampaknya alergi makanan seringkali dapat dicurigai.

    KONTROVERSI PENYEBAB LAINNYA



    • Dingin atau AC sering juga dianggap biang keladi penyebabnya. Mungkin memang benar dingin sebagai pemicu atau memperberat gangguan yang sudah ada. Tetapi pendapat ini tidak sepenuhnya benar karena banyak penderita alergi batuk saat tidur siang dengan AC yang sangat dingin tidak timbul gejala batuk tersebut. Hingga saat ini masih belum diketahui mengapa gejala alergi atau asma sering timbul saat malam hari. Diduga peranan hormonal sirkadial yang mengakibatkan fenomena gejala saat malam dan pagi hari lebih sering terjadi.

    • Fakta tersebut di atas lebih menunjukkan bahwa makanan sangat mungkin berperanan penting dalam berbagai kejadian alergi. Proses terjadinya alergi makanan sebagian besar menimbulkan reaksi lambat, gejala timbul setelah 6-8 jam terpapar makanan tertentu seperti ayam, telor, jeruk, coklat dan sebagainya. Sebagian kecil makanan menunjukkan reaksi cepat atau kurang dari 8 jam seperti ikan laut, kacang, mangga dan buah-buahn tertentu lainnya.

    • Kontroversi lain yang sering timbul bahwa makanan berminyak sering mengakibatkan batuk. Tetapi ternyata fakta yang terjadi adalah makanan berminyak yang mengganggu penderita alergi adalah minyak goreng yang terkandung makanan berpotensi alergi seperti minyak goreng bekas menggoreng ikan laut, kacang tanah atau ayam. Hal ini sering didapatkan pada makanan restoran atau jajanan luar lainnya karena sebagian besar minyak yang dipakai adalah minyak bekas menggoreng bahan lainnya atau ”minyak goreng bekas?” Atau, penderita makan bahan alergi yang digoreng seperti makan udang goreng dan sebagainya. Fakta lain terjadi bila penderita alergi makan makanan dengan minyak goreng yang baru atau bahan makanan yang digoreng relatif aman maka gejala alergi sering tidak timbul.

    KESIMPULAN



    • Diagnosis pasti alergi makanan hanya dipastikan dengan Double Blind Placebo Control Food Chalenge (DBPCFC). Penghindaran makanan penyebab alergi tidak dapat dilakukan hanya atas dasar hasil tes kulit alergi atau tes alergi lainnya. Seringkali hasil yang didapatkan tidak optimal karena keterbatasan pemeriksaan tersebut dan bukan merupakan baku emas atau gold Standard dalam menentukan penyebab alergi makanan. Selain mengidentifikasi penyebab alergi makanan, penderita harus mengenali pemicu alergi.

    • Penanganan terbaik pada penderita alergi makanan adalah dengan menghindari makanan penyebabnya. Pemberian obat-obatan anti alergi dalam jangka panjang adalah bukti kegagalan dalam mengidentifikasi makanan penyebab alergi. Mengenali secara cermat gejala alergi dan mengidentifikasi secara tepat penyebabnya, maka gejala alergi dapat dihindarkan.

    END POINT :



    • ALERGI MASIH MISTERIUS DAN BELUM BANYAK TERUNGKAP, SEHINGGA DIANTARA DOKTERPUN MASIH BANYAK TIMBUL KONTROVERSI .
      GANGGUAN ALERGI PADA KULIT BERLANGSUNG DALAM JANGKA PANJANG, DENGAN PERTAMBAHAN USIA ALERGI KULIT KARENA MAKANAN AKAN MEMBAIK ATAU BERKURANG. TETAPI SEKITAR 10-30% AKAN MENETAP MESKIPUN BERKURANG DIBANDINGKAN USIA ANAK.

    • PENANGANAN TERBAIK ALERGI ADALAH MENGIDENTIFIKASI PEMICU DAN MENGHINDARI PENYEBABNYA ”BUKAN DENGAN PEMBERIAN OBAT JANGKA PANJANG”. FAKTA YANG ADA MENUNJUKKAN MASIH BANYAK TERJADI PENGGUNAAN JANGKA PANJANG OBAT ANTI ALERGI. HAL INI ADALAH MERUPAKAN BUKTI KEGAGALAN MENCARI PENYEBAB ALERGI.
      KESULITAN PENANGANAN ALERGI KARENA SULITNYA MENCARI PENYEBAB ALERGI.

    • OPINI YANG TIMBUL BAIK MASYARAKAT ATAU SEBAGIAN BESAR DOKTER MASIH MENUNJUK DEBU SEBAGAI BIANG KELADI UTAMA PENYEBAB ALERGI. PADAHAL SERINGKALI BILA DICERMATI PENDAPAT TERSEBUT MUNGKIN TIDAK SEPENUHNYA BENAR. DEBU YANG SERING JADI PENYEBAB ALERGI HANYALAH DEBU RUMAH ”HOUSE DUST” BUKAN DEBU LUAR.

    • BANYAK KLINISI YANG MASIH MENYANGSIKAN BAHWA ALERGI MAKANAN BERPERANAN SANGAT PENTING DALAM BERBAGAI PENYEBAB ALERGI. ALERGI MAKANAN SERING DIABAIKAN SEBAGAI PENYEBAB KARENA SERING TIDAK TERDETEKSI DALAM PEMERIKSAAN.

    • PEMERIKSAAN TES KULIT SPESIFITASNYA SANGAT RENDAH SEHINGGA SERING MENGABURKAN PENYEBAB ALERGI. TES KULIT HASIL NEGATIF BUKAN BERARTI TIDAK MENDERITA ALERGI MAKANAN.

    • DEMIKIAN PULA PEMERIKSAAN ALERGI ”UNPROVEN” (PEMERIKSAN ALTERNATIF) SENSITIFITAS DAN SPESIFITASNYA LEBIH RENDAH. BELUM TERBUKTI SEVCARA ILMIAH SEBAGAI ALAT DIAGNOSIS. Beberapa pemeriksaan diagnosis yang kontroversial tersebut adalah Applied Kinesiology, VEGA Testing (Electrodermal Test / Bioresonansi), Hair Analysis Testing in Allergy, Auriculo-cardiac reflex, Provocation-Neutralisation Tests, Nampudripad's Allergy Elimination Technique (NAET), Beware of anecdotal and unsubstantiated allergy tests.

    • GOLD STANDART ATAU MEMASTIKAN PENYEBAB ALERGI MAKANAN ADALAH DENGAN DBFCFC, TETAPI KARENA CUKUP RUMIT, LAMA DAN MAHAL MAKA DAPAT DILAKUKAN DENGAN MODIFIKASI ELIMINASI MAKANAN TERBUKA SEDERHANA.

    • KONTROVERSI YANG TIMBUL ADALAH KEKAWATIRAN DALAM MELAKUKAN PROGRAM TERSEBUT AKAN BERPENGARUH TERHADAP PEMENUHAN GIZI ANAK. TIDAK PERLU KAWATIR KARENA SETIAP MAKANAN YANG DIHINDARI HARUS ADA PENGGANTINYA YANG KANDUNGAN GIZINYA TIDAK JAUH BERBEDA.

    • SETELAH MENDENGAR KESAKSIAN DARI PENDERITA ALERGI DAN MENGALAMI BAIK ANAK KITA ATAU TUBUH KITA SENDIRI, BARU KITA PERCAYA FAKTA YANG ADA BAHWA : ”TERNYATA MAKANAN SANGAT JAHAT MENGGANGGU TUBUH KITA”.



    DAFTAR PUSTAKA :

    · MacLennan AH, Wilson DH, Taylor AW. The escalating cost and prevalence of alternative medicine. Prev Med
    · Ernst E. Serious adverse effects of unconventional therapies for children and adolescents: a systematic review of recent evidence. Eur J Pediatr 2003; 162: 72-80.
    · Benson TE, Arkins JA. Cytotoxic testing for food allergy: evaluations of reproducibility and correlation. J Allergy Clin Immunol 1976; 58: 471-476.
    · Chinen J, Shearer WT. Advances in asthma, allergy and immunology series 2004: basic and clinical immunology. J Allergy Clin Immunol 2004; 114: 398-405.
    · Carter ER, Pulos E, Delaney J, et al. Allergy history does not predict skin test reactivity in asthmatic children. J Asthma 2000; 37: 685-690.
    · Simon A, Worthen DM, Mitas JA. An evaluation of iridology. JAMA 1979; 242: 1385-1387.
    · Ludtke R, Kunz B, Seeber N, Ring J. Test-retest-reliability and validity of the kinesiology muscle test. Complement Ther Med 2001; 9: 141-145.
    · Lewith GT, Kenyon JN, Broomfield J, et al. Is electrodermal testing as effective as skin prick tests for diagnosing allergies? A double blind, randomised block design study. BMJ 2001; 322: 131-134
    · Allergy: Conventional and alternative concepts. The Royal College of Physicians, London, in Clin Exp Allergy: 22 :suppl 3 ;Oct. 1992
    · American Academy of Allergy: Position statements - controversial techniques. J Allergy Clin Immunol 1981;67:333-338
    · Sethi TJ, Lessof MH, Kemeny DM, Lambourn E, Tobin S, Bradley A. How reliable are commercial allergy tests? Lancet 1987;i: 92-94.
    · Crook WG. The yeast connection. Jackson, Tennessee: Professional Books, 1984.
    · Candidiasis hypersensitivity syndrome. Executive committee of the American Academy of Allergy and Immunology. J. Allergy Clin Immunol 1986; 78:271-273.
    · Niggemann B, Gruber C. Side effects of complementary and alternative medicines. Allergy 2003 58(8) 707-16.
    · Ramsay H M, Goddard W, Gill S, Moss C. Herbal creams used for Atopic Eczema in Birmingham UK, illegally contain potent corticosteroids. Arch Dis Child 2003 85(12) 1056-7
    · Warner J. Allergy and the media. Pediatr Allergy Immunol 2005; 16: 189-90.
    · Lieberman P, Crawford L, Bjelland J et al. Controlled study of cytotoxic food test. JAMA 1975; 231:728-30.
    · Lay Advisory Committee. Allergy and allergy tests: A guide for patients and relatives. The Royal College of Pathologists (London) June 2002:1-10.
    · Atkinson W, Sheldon TA, Shaath N, Whorswell PJ. Food elimination based on IgG antibodies in Irritable Bowel Syndrome: a randomised controlled trial. GUT 2004;53:1459-1464
    · Kihlstrom A, Hedlin G, Pershagen G, Toye-Blomberg M, Harfast B, Lilya G. Immunoglobulin G4-antibodies to rBet v 1 and risk of sensitisation and atopic disease in the child. Clin Exp Allergy 2005; 35: 1542-49.
    · Garrow JS. Kinesiology and food allergy. Br Med J 1988; 296:1573-1574.
    · Katelaris CH, Weiner Jm, Heddle RJ, Stuckey MS, Yan KW. Vega testing in the diagnosis of allergic conditions. Med J Australia 1991; 155:113-114.
    · Lewith GS, Kenyon JN, Broomfield J, Prescott P, Goddard J, Holgate ST. Is electro dermal testing as effective as Skin Prick Testing for diagnosing allergies? A double blind randomised block design study. BMJ 2001; 322:131-134.

    “CHILDREN ALWAYS BENEFIT FROM EARLY DIAGNOSIS”
    TO DAY 1 CHILDREN IN 4 IS ALLERGIC
    TO DAY I INFANT IN 3 IS ALLERGIC
    IDENTIFY WHO !!!!!!
    ”EVEN THE BEST FOOD CAN MAKE YOUR CHILDREN SICK”



    WORKING TOGETHER AGAINTS DISTURBANCE IN CHILDREN :
    CLINIC FOR CHILDREN
    Organized by Yudhasmara Foundation

    JL TAMAN BENDUNGAN ASAHAN 5 JAKARTA PUSAT
    PHONE : (021) 70081995 - 5703646
    email :
    wido25@hotmail.com, cfc2006@hotmail.com, htpp://www.wido25.blogster.com

    MEDICAL SERVICES :



    • ALLERGY ASTHMA CLINIC (KLINIK KHUSUS ALERGI DAN ASMA)

    • PICKY EATERS CLINIC (KLINIK KHUSUS KESULITAN MAKAN PADA ANAK)

    • MOTORIC DEVELOPMENT CLINIC (KLINIK KHUSUS GANGGUAN KETERLAMBATAN MOTORIK PADA ANAK)

    • BIOMEDIC BEHAVIOUR CLINIC (KLINIK KHUSUS GANGGUAN PERKEMBANGAN DAN PERILAKU DENGAN INTERVENSI BIOMEDIS)

    • CHILDREN PSHICOLOGY CLINIC (KLINIK KHUSUS PSIKOLOGI ANAK)

    No comments:

    Post a Comment